Annyeong Haseyoo....kali ini saia membawa FF baru (padahal yang lama belum kelar) #plakkk. FF ini saia adopsi dari kisah nyata. Tentu saja dengan sedikit perubahan karakter dan sedikit dibumbui (?). FF angst pertama saia. Happy reading....
MY SADNESS LIFE
Chapter 1 : Me and my hyung
Cast : Kim Jaejoong
Kim Heechul
(masih banyak yang akan menyusul)
Genre : Angst, family, Hurt
Rated : T
Senja diufuk barat bagai sirine,
mengingatkan kala hari beranjak gelap. Seakan mengatakan pada semua makhluk
bumi untuk berhenti beraktifitas. Tak terkecuali seorang namja cantik yang kini
duduk termenung di kamarnya. Entah berapa lama ia melakukan hal itu. TERMENUNG.
Yah...termenung sambil sesekali menyeka lelehan bening yang berusaha keluar
dari tempat persembunyiannya.
Hey, ia menangis. Seorang namja
menangis? Salahkah? Tak bolehkah seorang namja menangis? Namja juga seorang
manusia bukan? Apa salahnya kalau ia menangis? Ia juga bisa merasakan sakit
sama seperti yeoja. Ah...kalian pasti ingin mengenal sosok namja cantik itu
bukan??? Mari kita kenal lebih dalam sosok cantik namun bagai bunga layu
tersebut.
Ia adalah Jaejoong, Kim Jaejoong
tepatnya. Usianya baru menginjak 21 tahun. Mahasiswa sebuah universitas
ternama, ShinKi University. Ia adalah seorang namja yang tampan namun sekaligus
cantik. Tuhan telah menganugerahinya kulit pucat yang bersih tanpa noda, bibir
cherry yang mengundang selera, dan mata doe yang sangat indah. Oh, jangan
lupakan senyum manisnya yang bisa membuat yeoja atau namja bertekuk lutut
melihatnya.
Namun, dibalik sosok cantik nan
menawan itu tersimpan sebuah luka. Ah, ani. Tersimpan banyak luka. Bukan luka
fisik akan tetapi luka kasat mata yang tak bisa dilihat, namun bisa dirasakan.
Dan hanya dirasakan oleh Jaejoong.
Flashback
Tampak sebuah rumah yang sangat
sederhana, terbuat dari kayu yang sudah keropos dimakan usia.
“Hyung...hyung...main yuuk!!!” ucap
seorang namja kecil berusia 8 tahun.
“Main?? Ehm...boleh. Hyung akan
mengajakmu bermain bersama teman-teman hyung asal kau mau mengambil makanan
yang tadi dibeli appa” ucap namja cantik namun sedikit menyeramkan.
“Ne, Joongie akan ambilkan untuk
Chullie hyung. Tunggu Joongie, ne” namja kecil itu berlari dan masuk ke dalam
rumah.
“Ya..Heechul hyung, apa kau serius
mengajak adikmu itu bermain bersama kita?” Tanya namja berbadan kekar yang
tengah mengunyah lidi (?)
“Iya hyung, apa tidak merepotkan?” Kali
ini namja berambut coklat yang lumayan cantik ikut protes dengan ulah teman
sekelasnya itu.
“Kalian pikir aku apa? Baby sitter? Cih, adik??? Sampai matipun dia bukan adikku” Namja bernama Heechul, lebih tepatnya Kim Heechul itu menyeringai sambil menatap tajam teman-temannya.
“Bagaimanapun juga dia tetap adikmu
hyung. Benarkan Kangin-ah?”
“Yang dikatakan Teuki itu benar
hyung, meskipun kalian tidak satu ayah tapi kalian sekandung” Namja kekar
bernama Kangin itu mencoba menasehati Heechul. Namun, agaknya itu sia-sia saja.
Terlihat dari urat-urat yang mulai muncul di dahi dan tangannya. Pertanda
buruk.
“MWO?? KALIAN BICARA APA, HAH? SEJAK DIA MUNCUL, SEMUANYA BERUBAH. EOMMA LEBIH SAYANG DAN PERHATIAN DENGAN APPA DAN MAKHLUK KECIL MENJIJIKKAN ITU.” Nafas Heechul memburu. Beruntunglah tidak ada benda di sekitarnya. Jika ada, bisa dipastikan semuanya akan hancur.
“Hyung....” Tiba-tiba sebuah suara
ceria menginterupsi
“Hmm...mana makanannya?” Tanya
Heechul sarkastik
“Ini (menyerahkan bungkusan
makanan)...kita main yach” Ucap Jaejoong dengan mata berbinar-binar.
Heechul berpikir sejenak.” Ah,
Joongie ini sudah siang. Bukankah Joongie harus tidur siang? Sana...” Heechul
menyeret Kangin dan Leetheuk pergi meninggalkan Jaejoong. Jaejoong hanya
berdiri mematung tanpa sempat berkata-kata. Akhirnya ia memilih bermain sendiri
di dalam rumah, dengan perasaan sedih tentunya.
3 tahun kemudian
“Eomma belikan Joongie baju baru
ne. Joongie tidak punya baju baru untuk natal bulan depan” Jaejoong merajuk
“Joongie chagy sabar ya, uang ini
untuk membelikan Heechul hyung baju dulu. Joongie kan masih kecil. Nanti kalau
appa punya uang, Joongie pasti eomma belikan baju.” Mrs. Kim berusaha untuk
menguatkan sang anak. Wanita berumur tiga puluan itu sangat memahami tabiat
anak sulungnya. Jika ia tidak didahulukan, maka dapat dipastikan ia akan
ngambek dan tak mau bicara.
“Tapi teman-teman Joongie sudah
punya baju baru eomma.” Jaejoong kembali merajuk manja.
Oh...Tuhan, jangan lagi. Jangan Kau suguhkan pemandangan ini. Aku tak ingin menyakiti malaikat kecilku. Tapi....mianhe tak bisa Joongie. Eomma berbuat apa-apa, nak.’ Batin Mrs. Kim. Ia sangat memahami bahwa anak bungsunya selalu mengalah. Namun apa yang bisa ia perbuat?? Tak ada.
“Joongie...Joongie anak baik kan?? Anak baik pasti bisa bersabar. Eomma pasti membelikan baju. Joongie makan siang dulu gih!” Mrs. Kim berusaha tersenyum untuk menutupi kegalauan(?) hatinya.
“Ne, eomma. Joongie anak baik
(nyengir)”
“ Chullie
baby mau sampai kapan kita berputar-putar? Lihat adikmu sudah lelah. Sebenarnya
sepatu apa yang kau inginkan?”
Sudah lebih
dari dua jam Mrs. Kim dan kedua putranya berkeliling hanya untuk mencari sepatu
yang diinginkan oleh putra sulungnya itu. Ia tak tega melihat Jaejoong yang
berjalan terseok-seok karena kecapean.
“Eomma…eomma
lihatkan tidak ada satupun sepatu yang cocok dengan bajuku. Aku tidak mau
terlihat buruk saat natal nanti, apa kata teman-temanku kalau sampai aku tidak
berpakaian sempurna.” Heechul tetap meneruskan langkahnya tanpa menoleh kembali
ke belakang. Sementara itu, Mrs. Kim hanya bisa menghela nafas melihat sikap
Heechul.
“ Joongie,
Joongie tidak apa-apa kan berjalan lagi?” Ucap Mrs. Kim sambil mengelus rambut
putra bungsunya.
“Nde,
Joongie ga apa-apa eomma.”
Yah….itulah
Kim Jaejoong. Entah apa yang ada dibenak anak tersebut. Hatinya selalu lapang
untuk menerima. Hal itulah yang membuat Mrs. Kim selalu bersedih.
“ Eomma.....ppali.
Chullie sudah menemukan sepatu yang cocok.” Heechul berteriak memanggil ibunya,
lebih tepatnya memerintah.
“Ah…nde. Ayo
Joongie kita kesana. Hyung sudah memanggil kita.” Dengan senyum yang dipaksakan,
Mrs. Kim menggandeng tangan Jaejoong utnuk menghampiri Heechul.
“ Eomma,
lihatkan sepatu ini sangat bagus. Harganya juga Cuma 10 ribu won” tangan
Heechul mengambil sepasang sepatu itu dan memperlihatkan kepada Mrs. Kim.
“ Astaga
Chullie kenapa mahal sekali. Adikmu belum beli baju nak.” Mrs. Kim kaget
melihat harga yang Heechul sebutkan.
“ Mwo??? Mahal?”
Heechul melirik tajam kepada Jaejoong.” Jadi eomma tidak mau membelikan? Eomma lebih
memilih menghabiskan uang hanya untuk membelikan Jaejoong baju?” Kali ini
Heechul secara terang-terangan memberikan tatapan mematikan kepada Jaejoong.
“ Eomma….”
Jaejoong ketakutan
“ An..Ani.
bukan begitu maksud eomma Chullie.”
“Arraseo…aku
mengerti.” Heechul beranjak meninggalkan toko sepatu itu.
Mrs. Kim bingung.
Ia tak ingin membuat Heechul marah tapi dilain pihak Jaejoong juga membutuhkan
pakaian. Ia harus segera memutuskan diantara dua pilihan itu.
Kemudian…………………
-TBC-
My note: gimana-gimana? kurang sedih? masih pemanasan. Kurang panjang? Mood lagi ancur jadi yang keluar cuma segitu...leave your comment please...kamsahamnida
0 komentar:
Posting Komentar